Tarian adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Biasanya ada bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari, mengatur gerakan penari, dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.
Garakan tarian berbeda dari gerakan sehari-hari, dan dari jenis masing-masing tari memiliki gerakan dan irama yang berbeda-beda yang dari setiap tari itu sendiri memiliki penyampaian dan maksud yang berbeda pula.
Dan tarian soya-soya adalah salah satu tarian perang yang berasal dari Maluku utara khususnya ternate dan terian ini sering ditarikan saat penyambutan atau ada acara-acara tertentu. Tarian soya-soya ini sangat bersejarah dalam masyarakat Maluku utara khususnya ternate.
Tapi seperti yang kita ketahui sangat disayangkan peninggalan-peninggalan kebudayaan kita masih sangat jauh dari perhatian masyarakat atau pemerintahan daerah setempat oleh karena itu kita sebagai generasi-generasi muda dan generasi penerus bangsa harus lebih memberi perhatian lebih dan melestarikan kebudayaan kita.
Kuliner khas ternate
Agak sulit untuk menemukan makanan yang benar-benar khas Ternate. Karena letak geografisnya yang lebih dekat ke Sulawesi Utara, sudah barang tentu makanan Ternate banyak dipengaruhi dan sekaligus juga memengaruhi makanan khas Sulawesi Utara. Tetapi, karena Ternate merupakan gugus kepulauan Maluku Utara, maka tentulah pula makanan khas Maluku mudah dijumpai di Ternate. Hampir semua masakan Ternate melibatkan kenari, baik sebagai bumbu ulek, maupun dirajang kasar.
Salah satu masakan khas Ternate adalah gohu ikan. Penyebutannya harus lengkap: gohu ikan. Soalnya, kalau hanya disebut gohu, maka artinya adalah rujak pepaya muda yang juga populer di Sulawesi Utara. Gohu ikan khas Ternate dibuat dari ikan tuna mentah. Tidak heran bila banyak orang menyebutnya sebagai sashimi Ternate.
Ternyata, di daerah pesisir Sulawesi Utara misalnya di Bitung dapat pula dijumpai sajian seperti ini. Namanya hanya dibalik ikan gohu. Barangkali kesegaran sajian inilah yang membuatnya menyandang nama gohu yang berarti rujak.
Umumnya, di Ternate, gohu ikan dibuat dari ikan tuna (yellowfin tuna = Thunnus albacares). Bila tuna sedang tidak musim, ikan cakalang (skipjack) juga dapat dipakai sekalipun teksturnya tidak semulus tuna.
Daging tuna segar (baca: mentah) dipotong kecil-kecil, dicuci, kemudian dilumuri dengan garam dan perasan lemon cui (semacam jeruk nipis yang harum dan dalamnya berwarna kuning-jingga), kemudian dicampur dengan rajangan kasar daun balakama (kemangi). Bawang merah dan cabe rawit (disebut rica gufu di Ternate) dirajang kasar, lalu ditumis dengan sedikit minyak kelapa. Minyak kelapa panas dengan bawang merah dan cabe rawit ini kemudian dituangkan ke potongan ikan tuna mentah. Kemudian ditaburi kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.
Pakaian adat ternate
Sebagai wilayah bekas kesultanan, dalam lingkunngan memiliki kedudukan yang menunjukan gambaran fisik pada busana adat masyarakat Ternate dan Tidore dan memperlihatkan adanya perbedaan cukup spesifik antar kelompok masyarakat yang secara sosial. Begitu juga kesederhanaan yang menandakan dalam berbagai hal dan berpengaruh terhadap busana yang dikenakan oleh masayarakat Tidore dan Ternate pada umumnya. Lain halnya dengan busana yang dikenakan oleh kelompok berkedudukan tinggi. Dari faktor keturunan itulah di dalam lingkungan dapat dibedakan dari gaya hidup yang khas. Kekhasan tersebut tampak dalam tata cara berbusana mereka. Apalagi kehidupan mereka senantiasa diwarnai dengan berbagai acara seremonial, berupa upacara-upacara adat kesultanan pada masa itu maupun upacara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia. Beberapa di antaranya yang masih dikenal hingga kini adalah upacara makan secara adat atauSidego, upacara injak tanah atau Joko Kaha, dan upacara pengukuhan atau Uko Se Bonofo.
Untuk melambangkan status sosial dan usia dari orang yang memakainya. Secara umum busana adat tradisional yang dikenakan oleh kaum pria yang berasal dari golongan bangsawan terdiri atas jubah panjang yang menjuntai hingga betis atau lutut, celana panjang, dan ikat kepala. Dihiasi dengan kelengkapan dan karakteristik lainnya, Adapun busana adat untuk kaum wanita meliputi kebaya panjang dan kain panjang. dilengkapi dengan perhiasan yang disesuaikan dengan tingkatan sosial mereka, baik sebagai permasuri, pembantu permaisuri, atau diselaraskan dengan usia remaja mereka.
Pakaian Manteren Lamo (Sultan) yang terdiri atas celana panjang hitam dengan bis merah memanjang dari atas ke bawah, baju berbentuk jas tertutup dengan kancing besar terbuat dari perak berjumlah sembilan . Sementara itu, leher jas, ujung tangan, dan saku jas yang terletak di bagian luar berwarna merah. Konon warna tersebut melambangkan keperkasaan dari pemakainya. Selain itu, penampilan busana yang dikenakan oleh sultan tersebut dilengkapi dengan Destar untuk menutup kepala. Busana yang dikenakan oleh istri sultan terdiri atas kebaya panjang atau Kimun Gia, yang terbuat dari kain satin berwarna putih dengan pengikat pinggang yang terbuat dari emas, serta kain panjang. Perhiasan lainnya yang dikenakan oleh permaisuri tersebut meliputi kalung, bros, dan peniti yang terbuat dari intan, berlian, atau emas. Di samping itu, mereka juga mengenakan hiasan lainnya yang berupa konde yang berukuran besar, sedangkan konde kecil biasanya dipakai oleh pembantu permaisuri.
Sementara dari pakaian yang dikenakan golongan bangsawan remaja pria disebut baju Koja, yakni semacam jubah panjang dengan warna-warna muda seperti biru muda dan kuning muda. Konon warna tersebut untuk melambangkan jiwa muda dari para pemakainya yang masih remaja. Baju Koja tersebut biasanya berpasangan dengan celana panjang berwarna putih atau hitam, berikut Toala Polulu di kepalanya. Selain itu, ada juga pakaian yang dikenakan remaja putri biasanya memakai busana yang terdiri atas kain panjang dan Kimun Gia kancing atau kebaya panjang berwarna kuning, oranye, atau hijau muda dengan tangan yang berkancing sembilan di sebelah kiri dan kanannya. Tidak lupa, mereka pun menyertakan berbagai perhiasan seperti Taksuma, yakni kalung rantai emas yang dibuat dalam dua lingkaran; anting dua susun, sedangkan giwang tidak boleh dipakai oleh mereka; serta alas kaki yang disebut Tarupa.
Hubungan kebudayaan dengan manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Sedangkan secara umum pengertian kebudayaan merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
- Penganut kebudayaan,
- Pembawa kebudayaan,
- Manipulator kebudayaan, dan
- Pencipta kebudayaan.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia
Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,maksudnya walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang butuh,ketika manusia menciptakan kebudayaan,dan kebudayaan itu tercipta oleh manusia.
Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Keindahan atau seni dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan yang dijalaninya menjadi lebih indah.
Manusia dan keindahan atau seni memang tidak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya menjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
- Contoh-Contoh Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.